Minggu, 20 November 2016

Tolak Hapalisme!!!



Ketika seminar filsafat dan bedah buku bulan lalu, Pak Dharma dan Pak  Teguh menyampaikan bahwa kita sebaiknya membuat kata-kata baru supaya mudah mengingat salah satunya. Kalau Pak Dharma bilang kata memorisasilisme, Pak Teguh berbeda penyebutannya, padahal arti kata-katanya hampir menyerupai. Saat ini, saya akan menyebutnya hapalisme.
Mirisnya sistem pendidikan saat ini, materi-materi yang disampaikan oleh sang guru hanya dihapal saat ujian akan berlangsung. Setelah usai ujian, materi pelajaran dilupakan dengan mudahnya. Saya sendiri merasakan itu. Terpikir oleh saya, adakah yang salah dalam sistem pendidikan saat ini?.
Ketika saya masih duduk di bangku sekolah, SD, SMP, dan SMA, saya masih menggunakan sistem hapalisme. Sehingga saya hanya mengingat beberapa pelajaran saja. Ketika itu masih menggunakan KTSP 2006, dimana hampir keseluruhannya menggunakan metode ceramah, hanya beberapa mata pelajaran yang melibatkan siswa.
Seperti artikel saya sebelumnya, siswa akan paham bila ia ikut dilibatkan dalam prose belajar mengajar. Hapal bukan berarti ia paham untuk seterusnya, tetapi paham akan ingat seterusnya.
Saya berharap, siswa yang masih duduk di bangku sekolah untuk tidak hanya menghapal tetapi paham akan maksud pelajaran tersebut. Supaya materi yang sudah tersampaikan awet dalam benak otak kita dan tidak sia-sia ikut mata pelajaran tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar