Ketika
seminar filsafat dan bedah buku bulan lalu, Pak Dharma dan Pak Teguh menyampaikan bahwa kita sebaiknya
membuat kata-kata baru supaya mudah mengingat salah satunya. Kalau Pak Dharma
bilang kata memorisasilisme, Pak Teguh berbeda penyebutannya, padahal arti
kata-katanya hampir menyerupai. Saat ini, saya akan menyebutnya hapalisme.
Mirisnya
sistem pendidikan saat ini, materi-materi yang disampaikan oleh sang guru hanya
dihapal saat ujian akan berlangsung. Setelah usai ujian, materi pelajaran dilupakan
dengan mudahnya. Saya sendiri merasakan itu. Terpikir oleh saya, adakah yang
salah dalam sistem pendidikan saat ini?.
Ketika
saya masih duduk di bangku sekolah, SD, SMP, dan SMA, saya masih menggunakan
sistem hapalisme. Sehingga saya hanya mengingat beberapa pelajaran saja. Ketika
itu masih menggunakan KTSP 2006, dimana hampir keseluruhannya menggunakan metode
ceramah, hanya beberapa mata pelajaran yang melibatkan siswa.
Seperti
artikel saya sebelumnya, siswa akan paham bila ia ikut dilibatkan dalam prose
belajar mengajar. Hapal bukan berarti ia paham untuk seterusnya, tetapi paham
akan ingat seterusnya.
Saya
berharap, siswa yang masih duduk di bangku sekolah untuk tidak hanya menghapal
tetapi paham akan maksud pelajaran tersebut. Supaya materi yang sudah
tersampaikan awet dalam benak otak kita dan tidak sia-sia ikut mata pelajaran
tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar