Senin, 26 Desember 2016

Style Mengajar



Apakah variasi dan gaya mengajar itu sama? Banyak yang beranggapan bahwa variasi mengajar dan gaya mengajar itu tidaklah berbeda. Sebenarnya, variasi dan gaya mengajar itu suatu hal yang berbeda hanya saja waktu penggunaannya saja yang sama, ketika mengajar.
Variasi adalah salah satu cara yang membuat siswa tetap konsentrasi dan tidak merasa jenuh atau bosan. Variasi dibutuhkan karena adanya unsur kejenuhan. Beragam komponen variasi dalam mengajar seperti variasi dalam gaya belajar dan variasi dalam penggunaan media dan bahan pengajaran.
Manen dalam Marzuki (1999: 21), mengemukakan bahwa gaya mengajar adalah ciri-ciri kebiasaan, kesukaan yang penting huungannya dengan murid, bahkan gaya mengajar lebih dari suatu kebiasaan dan cara istimewa dari tingkah laku atau pembicaraan guru atau dosen.  Jadi, gaya mengajar seperti ciri khas yang dilakukan oleh seorang guru dalam mengajar.
Hubungannya dengan variasi adalah guru harus menggunakan gaya belajar dengan bervariasi sehingga tidak menimbulkan rasa bosan murid-muridnya. Berbagai macam gaya mengajar guru seperti boss-karyawan, korektif, informatif, sekuler, entertainer, programmatic, socratoc, dan sebagainya.
Hermawan dkk., (2007: 58) mengelompokkan gaya mengajar guru yang diterapkan dalm proses pembelajaran menjadi empat yang diturunkan dari aliran pendidikan, yaitu gaya mengajar klasik, teknoogis, personalisasi, dan interaksional.
Gaya mengajar klasik lebih didominasi oleh guru. Biasanya gaya mengajar ini, guru tidak memberi kesempatan kepada muridnya untuk berperan aktif di kelas sehingga menghambat perkembangan siswa dala proses pembelajaran.
Gaya mengajar teknologis mensyaratkan seorang guru untuk berpegang pada berbagai sumber media yang disediakan. Guru mengajar dengan memerhatikan kesiapan siswa dan selalu memberikan stimulan untuk mampu menjawab segala persoalan yang dihadapi.
Gaya mengajar personalisasi dilakukan berdasarkan atas minat, pengalaman, dan pola perkembangan mental siswa. Dominasi pembelajaran ada di tangan siswa, dimana siswa dipandang sebagai suatu pribadi. Guru tidak dapat memaksakan siswa untuk menjadi sama dengan dirinya, karena siswa tersebut memiliki minat, bakat, dan kecendrungan masing-masing.
Dalam pembelajaran interaksional, peran guru sangat dominan. Guru dan siswa atau siswa dengan siswa saling ketergantungan, artinya mereka sama-sama menjadi subjek pembelajaran dan tidak ada yang diaggap paling baik atau paling jelek.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar