Apakah
variasi dan gaya mengajar itu sama? Banyak yang beranggapan bahwa variasi
mengajar dan gaya mengajar itu tidaklah berbeda. Sebenarnya, variasi dan gaya
mengajar itu suatu hal yang berbeda hanya saja waktu penggunaannya saja yang
sama, ketika mengajar.
Variasi
adalah salah satu cara yang membuat siswa tetap konsentrasi dan tidak merasa
jenuh atau bosan. Variasi dibutuhkan karena adanya unsur kejenuhan. Beragam komponen
variasi dalam mengajar seperti variasi dalam gaya belajar dan variasi dalam
penggunaan media dan bahan pengajaran.
Manen
dalam Marzuki (1999: 21), mengemukakan bahwa gaya mengajar adalah ciri-ciri
kebiasaan, kesukaan yang penting huungannya dengan murid, bahkan gaya mengajar
lebih dari suatu kebiasaan dan cara istimewa dari tingkah laku atau pembicaraan
guru atau dosen. Jadi, gaya mengajar
seperti ciri khas yang dilakukan oleh seorang guru dalam mengajar.
Hubungannya
dengan variasi adalah guru harus menggunakan gaya belajar dengan bervariasi
sehingga tidak menimbulkan rasa bosan murid-muridnya. Berbagai macam gaya
mengajar guru seperti boss-karyawan, korektif, informatif, sekuler,
entertainer, programmatic, socratoc, dan sebagainya.
Hermawan
dkk., (2007: 58) mengelompokkan gaya mengajar guru yang diterapkan dalm proses
pembelajaran menjadi empat yang diturunkan dari aliran pendidikan, yaitu gaya
mengajar klasik, teknoogis, personalisasi, dan interaksional.
Gaya
mengajar klasik lebih didominasi oleh guru. Biasanya gaya mengajar ini, guru
tidak memberi kesempatan kepada muridnya untuk berperan aktif di kelas sehingga
menghambat perkembangan siswa dala proses pembelajaran.
Gaya
mengajar teknologis mensyaratkan seorang guru untuk berpegang pada berbagai
sumber media yang disediakan. Guru mengajar dengan memerhatikan kesiapan siswa
dan selalu memberikan stimulan untuk mampu menjawab segala persoalan yang
dihadapi.
Gaya
mengajar personalisasi dilakukan berdasarkan atas minat, pengalaman, dan pola
perkembangan mental siswa. Dominasi pembelajaran ada di tangan siswa, dimana
siswa dipandang sebagai suatu pribadi. Guru tidak dapat memaksakan siswa untuk
menjadi sama dengan dirinya, karena siswa tersebut memiliki minat, bakat, dan
kecendrungan masing-masing.
Dalam
pembelajaran interaksional, peran guru sangat dominan. Guru dan siswa atau
siswa dengan siswa saling ketergantungan, artinya mereka sama-sama menjadi
subjek pembelajaran dan tidak ada yang diaggap paling baik atau paling jelek.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar